Rabu, 25 Februari 2009

pulihkan hutan kita, dengan hati, sejengkal demi sejengkal (garden song by john denver)

Dear sahabat blogger,

Adakah di antara sahabat yang pernah tinggal di daerah gurun? bagaimana rasanya. Nyamankah? Menyenangkankah? Saya belum pernah bertempat tinggal di daerah gurun dan oleh karena itu senyatanya belum pernah tahu seperti apa rasanya tinggal di situ. Tetapi menurut apa yang bisa saya baca, suhu gurun jika siang dapat mencapai 50 - 60 oC dan malam hari bisa turun sampai di bawah 0 oC. Mengapa? karena udaranya kering sehingga ketika siang tidak ada penyerap panas yang datang sedangkan di malam hari tidak ada penahan panas yang keluar. Daerah gurun juga sama sekali tidak produktif sebagai lahan pertanian karena, selain suhu panasnya itu, hujan amat sedikit. Tidak jarang, hujan hanya turun sekali dalam 3-4 tahun. Woooooowwwwww.....bagaimana minum???? bagaimana mandi????? Bagimana pula bahan makanan????? Wah, kacaulah sudah pasti.......Oleh karena itu, tak pelak lagi tinggal digurun mestinya bukan sesuatu yang menyenangkan. Bahkan mungkin sengsara. Amat sengsara.

Suatu publikasi dari UNCCD (united nation convention to combat desertification) pada tahun 2007 mempublikasikan data bahwa ada 3 daerah di Indonesia yang terancam mengalami proses penggurunan, yaitu NTT, NTB dan Sulawesi Tengah. Lantas.......sabaaaaarrr duuluuuu.........whaaaaatttttttt??????? ada nama NTT disebut di situ? Tidak salahkah???? bukankah sekarang NTT dikenal lewat iklan ....SEKARANG SUMBER AIR SU DEKAAAATTTTT?????......walaaaaahhhh tobiiiillll....tobiiiiiilllllll..........ada apa gerangan ini?

Begitulah, bagi banyak orang kabar itu mungkin mengagetkan tetapi tidak bagi saya. Sejak tahun 2007 saya sudah memdengar data itu. Dan agak sulit saya membantahnya. Data yang ada di Forum DAS NTT menunjukkan bahwa laju kerusakan hutan NTT sekitar 15.000 ha/tahun sedangkan kemampuan pemerintah melakukan rehabilitasi hanya 3.000 ha/tahun. Data tahun 207 juga menunjukkan bahwa luas lahan kritis di NTT sebesar 91.5% dari total luas lahan daratan NTT 4.7 juta ha. Masyarakat terus saja gemar melakukan aktivitas pertanian tebas bakar secara kurang rasional. Peternakan sapi dibiarkan bebas merumput tanpa usaha untuk memperbaiki kondisi lahannya. Masyakarakat nyaris tidak memiliki budaya menanam kembali setiap pohon yang ditebangnya. Semua diserahkan kembali ke alam. Setiap tahun proyek rehabilitasi lahan macam GERHAN tak jelas juntrungannya.

Dalam keadaan begini saya teringat akan seorang petani di Desa Nenas, Timor Tengah Selatan kaki puncak tertinggi G. Mutis yang merupakan hulu 2 DAS paling besar di Timor Barat dan merupakan suatu desa yang amat terpencil. Setelah diadvokasi oleh saya dan kawan-kawan dari ForDAS NTT, beliau amat gemar menanam. Ketika kami mengidentifikasikan bahwa mutu hutan di desanya mulai terdegradasi lalu mencarikan anakan tanaman bambu sebanyak 20.000 anakan untuk ditanamn tanpa ragu semua anakan itu ditanam habis di sepanjang daerah aliran sungai yang melintasi desa itu. Yang mengejutkan adalah beliau grima kasih keemar menaman kembail setiap anakan yang ditemukan sudah mati mengering padahal masyarakat di sekitarnya hanya diam berpangku tangan. Pak Simon Sasi, begitu namanya. Saya pribadi memberi arti SASI sebagai sarjana ahli segala ilmu dan beliau tersipu tiap saya panggil begitu. Mengapa hal itu dilakukan oleh Pak Simon? Jawabnya adalah .....Saya hanya punya cinta kepada Tuhan yang sudah menciptakan semua yang saya perlu. Saya cuma mau berterima kasih kepada Tuhan......

Untuk semua usaha Pak Simon yang tak kenal lelah untuk terus menanam, sekaligus menghimbau kita semua untuk jangan lupa menanam agar lingkungan kita menjadi lebih baik, saya hadiahkan lagu cantik dari John Denver. Salah satu dewa musik bergenre Country. Lagu ini berjudul Garden Song yang berceritera tentang menanam seinci demi seinci sebaris demi sebaris. Tidak hanya itu, rawatlah tanaman yang ditaman itu. Iringi dia dengan doa karena kita memerlukan mereka, pohon-pohon itu, demi masa depan bumi kita. Masa depan kita sendiri.

The Garden Song
by john denver and the muppets

Tabe Tuan Tabe Puan

2 komentar:

DR. Ir. L. Michael Riwu-Kaho, M.Si mengatakan...

Jika para sahabat ingin ikut berdendang bersama John Denver, maka berikut ini adalah lirik lagi The Garden Song

The Garden Song

Chorus
Inch by inch, row by row, gonna make this garden grow
All it takes is a rake and a hoe and a piece of fertile ground
Inch by inch, row by row Someone bless these seeds I sow
Someone warm them from below
Til the rain comes tumbling down

Pullin' weeds and pickin' stones,
we are made of dreams and bones
I feel the need to grow my own cause the time is close at hand
Grain for grain, sun and rain I'll find my way in nature's chain
Tune my body and my brain to the music of the land

Chorus

Plant your rows straight and long,
Temper them with prayer and song
Mother earth will keep you strong if you give her love and care
An old crow watching hungrily from his perch in yonder tree
In my garden I'm as free as that feathered thief up there

Anonim mengatakan...

lagu yang bagus pak tapi saya malu karena ternyata peternakan lepas menjadi penyebab hancurnya lahan NTT sehingga terancam jadi gurun (Xyrex-Fapet)